Propellerads

Translate to your language

Monday, November 28, 2016

Cerita Rakyat : Batu Menangis

Halo apa kabar para pengunjung Catatan Callysta?

Pada kesempatan yang lalu saya telah menulis tentang Cerpen Anak : Pelajaran Nenek Penjual Sapu. Pada kesempatan ini saya akan menulis tentang cerita rakyat. Tulisan saya kali ini adalah Cerita Anak : Batu Menangis. Yuk kita simak bersama.

Batu Menangis

Di sebuah bukit yang jauh dari desa, tinggallah seorang janda miskin dan anak gadisnya. Anak gadisnya itu amat pemalas. Ia tidak mau membantu ibunya mencari nafkah. Kerjanya setiap hari hanya berdandan, berdandan dan berdandan saja. Ia suka menuntut kepada ibunya. Setiap kali ia meminta sesuatu, ibunya harus mengabulkannya.

Pada suatu hari mereka turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar di desa itu amat jauh sehingga mereka harus berjalan kaki. Ibunya berjalan di belakang sambil membawa keranjang. Sedangkan anak gadisnya berlenggang di depan. Ibunya berpakaian amat sederhana. Sebaliknya, anak gadisnya berpakaian mewah. Mereka hidup terpencil. Tidak seorang pun mengetahui bahwa mereka adalah ibu dan anak. Ketika memasuki desa, mereka bertemu dengan penduduk yang lain. Di antara orang-orang tersebut ada seseorang yang bertanya kepada si gadis, katanya, “Manis, apakah yang di belakangmu itu ibumu?”

“Bukan!” jawab si gadis dengan angkuhnya. “Ia adalah pembantu saya.”

“Manis, apakah yang berjalan di belakangmu itu ibumu?” tanya orang kedua yang berjumpa dengannya.

“Bukan, bukan!” jawab si gadis. “Ia adalah budak saya.” Begitulah jawaban si gadis setiap kali ditanya penduduk desa yang berjumpa dengannya. Sang Ibu diperlakukan sebagai budaknya.

Mendengar jawaban putrinya yang durhaka itu, pada awalnya si ibu masih dapat menahan diri. Setelah berulang kali mendengar jawaban yang amat menyakitkan hati, akhirnya si ibu tak bisa menahan diri. Si ibu berdoa kepada Tuhan, “Ya, Tuhan, hukumlah anak durhaka ini. Ya hukumlah dia ... .“

Doa sang Ibu didengarkan Tuhan. Perlahan-lahan tubuh gadis yang durhaka itu berubah menjadi batu. Ketika setengah badan telah menjadi batu yang dimulai dari kaki, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya. “Ibu, Ibu, ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan saya selama ini!” Si gadis terus menangis.

Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh sang gadis akhirnya berubah menjadi batu. Namun, orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata. Batu itu seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis itu diberi nama “Batu Menangis”.
Y.B. Suparlan, Kumpulan Cerita Rakyat Indonesia, 2004

Demikianlah tulisan singkat saya tentang Cerita Rakyat : Batu Menangis. Semoga bermanfaat. Silahkan share ke teman-teman anda melalui Google +. Jangan lupa tinggalkan komentar demi kemajuan blog ini.
_________________________________________________
Baca juga :
Unsur-unsur Dalam Cerita Rakyat
Bentuk-bentuk Cerita Rakyat dan Contohnya
Fabel (Dongeng Binatang) : Semut dan Kepompong

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah mengunjungi Catatan Callysta. Semoga bermanfaat. Saya sangat berterima kasih sekali jika pembaca berkenan untuk share ke G+1 dan meninggalkan komentar demi kemajuan blog saya.